Komandan Batalyon II Naga Hitam Mayor Abdul Manan Wijaya dilahirkan di desa Ngroto kecamatan Pujon pada 1910. Ketika PETA dibentuk, ia langsung bergabung dengan kesatuan militer Jepang tersebut. Karier militer pada saat aktif di PETA sebagai Chudanco di Dai II Chudan Malang. Meski sebagai tentara aktif, namun sosok santri selalu …
Read More »Tugu Status Quo Pujon
Pada tanggal 1 Agustus 1947, DK PBB memerintahkan agar pihak Indonesia dan Belanda menghentikan tembak-menembak akibat dilancarkannya aksi Agresi Militer I ketika Belanda menyatakan tidak terikat lagi pada perjanjian Linggarjati. Akhirnya pada tanggal 4 Agustus 1947, Belanda mengumumkan gencatan senjata. DK PBB mengambil peran dalam upaya penyelesaian pertikaian antara Indonesia …
Read More »Palagan Mendalan Kasembon
Tanggal 25 Desember 1948 seusai TNI mengundurkan diri ke Gunung Parasbang, mereka menyusun rencana untuk melakukan serangan ke Mendalan yang sudah dikuasai Belanda. Kompi Soemadi mengambil arah Gunung Parasbang dan Kompi Mistar dari jurusan Ngantang. Dalam pertempuran awal tersebut gugur Serma Akoep dari kompi Mistar. Pada pukul 05.00 pasukan TNI …
Read More »Monumen Bambu Runcing Karangbong
Pada bulan Desember 1945, pejuang dari Surabaya dan pejuang yang berdatangan dari luar Surabaya hanya bisa bertahan di pinggiran selatan Surabaya untuk mempertahankan wilayah Gedangan Sidoarjo sebagai garis terdepan pertahanan TKR setelah satu bulan lebih sejak pecahnya pertempuran 10 Nopember 1945 dengan pihak Inggris. Akhir bulan Desember 1945 pihak Inggris …
Read More »Monumen Status Quo
Monumen ini dibuat untuk mengenang perjuangan TNI, Polisi dan rakyat pada saat pertempuran yang heroik melawan Belanda di Pandesari. Pada masa itu Pandesari dikenal sebagai Garis Demarkasi atau garis Status Quo di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang pada tahun 1947 seusai perjanjian Renville. Pada pertempuran di garis Demarkasi Pandesari itu beberapa …
Read More »