Home / Article / Profil Prajurit Jacobus, Album Foto yang Ditemukan di Tempat Sampah

Profil Prajurit Jacobus, Album Foto yang Ditemukan di Tempat Sampah

Dalam artikel sebelumnya belum diulas secara lengkap siapa prajurit pemilik album foto yang ditemukan di tempat sampah dan hangat menjadi pembicaraan di negeri Belanda

berikut adalah artikel dari koran  Volskrant masih tanggal yang sama :

Sebuah foto dari barisan mayat, hanya sebuah jepretan

Album foto dari Jacobus R, pasukan artileri lapangan dari Enschede, menunjukkan gambaran yang mengerikan dari pembunuhan oleh Belanda pada 1947,selama masa agresi militer pertama di Indonesia. Tampak sperti sebuah jepretan foto dari kehidupan seorang prajurit.

Prajurit Jacobus R yang membanggakan, pria modern dari Enschede, dengan jaket, dasi , rambut mengkilap dan kumis seperti Clark Gable. Tepat sesudah perang dunia kedua pada 1947 dia dikirim wajib militer ke Indoneria. Dia ditugaskan di Barak Angkatan Darat Kerajaan di Ede dan bergabung dengan resimen artileri lapangan yang sudah diperbaharui. RVA adalah singkatannya.

Mulai saat ini nama RVA dituliskan dibelakang nama keluarganya

Sebagaimana kawan kawan seusianya juga bergabung dalam wajib militer. Di Ede mereka dilatih bagaimana bertempur dalam perang di timur jauh ( indonesia ) . Mereka juga diberitahu tentang pecahnya revolusi di negeri hindia belanda dan dibutuhkan sebanyak mungkin pasukan untuk mengembalikan kekuasaan Belanda. Karena pasukan KNIL saat itu tidak dalam kondisi yang baik sejak jatuh ke tangan Jepang. Di Belanda, ribuan sukarelawan mendaftarkan diri, sejak musim semi 1947, wajib militer juga digabungkan dalam Angkatan Darat, pemerintah mengatakan tentang operasi polisionil yang bertujuan untuk membebaskan penduduk Indonesia dari para pemberontak, namun kenyataannya mereka berakhir dalam perang gerilya yang mengerikan.

Jacobus adalah anak seorang penata rambut. Mungkin nama panggilannya adalah Jaap atau mungkin Koos. Dia sudah meninggal ,bahkan keluarganya pun tidak mudah untuk menemukan jawabannya, mungkin saja dia benci untuk pergi ke Indonesia. Antara satu sama lain antar prajurit, mereka banyak mengeluh. Tepat sesudah perang dunia kedua berakhir, tidak banyak pemuda yang memiliki hasrat untuk bertempur, namun menolak wajib militer adalah sama artinya dengan memilih melawan negara dan dipenjara.

Beberapa dari mereka juga memandang ini sebagai sebuah kesempatan untuk pergi berpetualang, pergi dari Belanda yang pengap dan kacau balau menuju tanah yang menjanjikan : Indonesia

Pada 8 Mei 1947 Jacobus memasuji kapal pasukan MS Johan van Oldenbarnevelt. Saat menyeberangi equator, dia dan kawan-kawannya mendapatkan gelar diploma. Dalam sertifikat tersebut dapat dibaca bahwa Neptune, dewa lautan, menyatakan bahwa dia layak dan mampu untuk menaklukkan semua marabahaya di Timur Jauh ,Indonesia

Nampaknya dia sangat bangga dengan hal tersebut, jika tidak tentunya dia tidak akan menaruhnya didalam album fotonya tiga tahun setelah semua ini berlalu.

SATU BULAN PERJALANAN

Perjalanan itu memakan waktu hampir satu bulan lamanya, pada 5 Juni 1947 mereka sampai di Tanjung Priok, pelabuhan di Jakarta di pulau Jawa. Setelah singgah sehari mereka dinaikkan truk militer sejauh ratusan kilometer ke sebuah tempat bernama Batujajar dekat Bandung. Rencana mereka adalah mengambil alih pasukan KNIL dan relawan, tapi karena situasi politik ( agresi militer I akan segera dilaksanakan dalam waktu satu bulan) maka aksi itu ditunda

3-12 RVA berada dibawah komando basis militer Bandung. Aturan tertulis mereka seharusnya memiliki empat senjata api, namun pada kenyataannya mereka harus menggabunfkan beberapa persenjataan tua untuk membuat artileri primitif. Tak seorangpun tahu bagaimana mengoperasikan artileri lapangan 7,5 karena mereka dilatih untuk mengoperasikan artileri 9, hanya beberapa perwira KNIL yang melatih mereka namun tak lama kemudian 2 perwira pergi untuk mendapat pelatihan menjadi komandan anti udara.

Pada pagi hari tangal 23 Juli, dua hari setelah aksi polisionil berjalan untuk pertama kalinya melakukan latihan dengan amunisi sungguhan. Pada hari yang sama juga mereka mendapatkan perintah untuk memindahkan persenjataan artileri ke Cilampeni,sebelah selatan bandung pada malam harinya.

Dua hari kemudian mereka terperangkap ditengah pertempuran ketika Soreang dikuasai pejuang Indonesia dan mereka harus mensupport pasukan infantri dengan tembakan ke desa desa dan tembakan kearah bunker bunker lawan. “Sangat Efektif“, itulah yang tertulis dalam catatan sejarah batalion yang menulis laporan menyeluruh tentang operasi Batalion 3-12 RVA, dokumen ini sekian lama berstatus dokumen sangat rahasia,namun saat ini siapapun dapat membuka arsip ini, tersimpan di Arsip Nasional Den Haag. Tidak tertulis detil seberapa “efektif”nya operasi ini berjalan.

Pada hari sabtu mereka kembali ke markas Batujajar dan sehari kemudian mereka diserang oleh 200 tentara Indonesia. Pertempuran berlangsung selama satu setengah jam. Seorang prajurit KNIL terluka. Mata mata mengatakan bahwa musuh menderita kerugian setidaknya 30 tewas dan 15 korban luka. Pada hari yang sama juga, 3-12 RVA mendapat bantuan seorang Kapten KNIL yang berpengalaman dibidang artileri

Mereka bergerak lebih jauh ke selatan untuk mendukung aksi okupasi dari angkatan darat. Aksi Polisionil pertama berakhir pada awal Agustus 1947. Bulan September adalah bulan yang tenang,kecuali datangnya masalah infeksi penyakit kulit. Prajurit yang tidak istirahat di tempat tidur harus berlatih menembak.

Pada November 1947 akhirnya mereka siap untuk serah terima kekuasaan Cilimus dari pasukan KNIL dan sukarelawannya (A III Field). Pada akhir Desember salah satu jeep mereka terkena ranjau dan dua orang tewas dengan satu orang terluka parah. Mereka harus melakukan banyak kegiatan patroli, namun ini seharusnya bukanlah tugas dari pasukan artileri dan lagi ada banyak orang yang menderita penyakit.

Album foto ini tidak menceritakan apakah Jacobus juga menderita sakit juga. Dia tidak memotret kawan kawannya yang sedang sakit atau terluka. Sangat bisa dipastikan bahwa Jacobus menukar kameranya dengan kawan-kawannya karena dia sendiri nampak dalam abum fotonya dan kemungkinan juga bukan hanya dia yang membawa kamera. Sayangnya dia tidak menuliskan keterangan foto di albumnya sehingga informasi mengenai tempat dan waktu tidak ada.

Kadang ada beberapa foto yang sesuai dengan sejarah resmi. Seperti contoh evakuasi dari pasukan TNI dimana pasukan TNI dengan topi dan peci berwarna hitam. Dengan truk chevrolet milik militer ( cat dan krom mengkilap ) mereka dipindahkan ke garis demarkasi seperti yang sudah disepakati pasca aksi agresi militer I. Jacobus dan kawan kawannya menemani konvoi pemindahan sambil mengambil beberapa foto dalam perjalanannya.

Penghabisan

Berdasarkan catatan sejarah batalion,mereka mulai menyerang kelompok bersenjata yang tersisa yang mereka maksudkan disini adalah kelompok Hisbullah dan Sabilillah, kelompok muslim yang menolak hasil perundingan dan memilih untuk tetap bertempur dengan Belanda. Pasukan Belanda menghabisi mereka dengan cepat dan mudah sedangkan pemuda Indonesia lain tidak melakukan tindakan apapun. (karena terikat perjanjian damai.pen)

Mungkin saja kelompok muslim ini yang menjadi korban penembakan dalam foto, mereka tidak berseragam dan tidak berambut panjang seperti para pejuang kemerdekaan yang fanatik pada umumnya kala itu. Namun bisa juga mereka ini gerombolan pengganggu keamanan yang ditemukan di lingkungan area tersebut.

Sepertinya bukanlah Jacobus pelaku langsung eksekusi , hal macam itu bukanlah tugas seorang prajurit artileri, namun adalah tugas dari pasukan khusus. Pasukan khusus harus melumpuhkan kekuatan musuh dan mengembalikan keadaan kembali aman, jadi kemungkinan pasukan inilah yang berpatroli semacam ini. J.A Moor seorang ahli mengenai Indonesia menyatakan bahwa taktik yang digunakan pasukan khusus dalam aksi polisionil (perang westerling) adalah keras dan teliti. Eksekusi dan penghabisan dari tawanan adalah hal yang biasa. Tidak pernah ada estimasi data pasti jumlah korban dikarenakan laporan sudah hilang atau mungkin bahkan sengaja tidak dituliskan. Aturan resmi seharusnya tawanan dipindahkan ke tempat khusus untuk interogasi, namun taktik dari pasukan khusus adalah adalah pendadakan dan menghabisi lawan ( surprise and eliminate ) dan mereka ini tidak terbiasa membawa tawanan perang.

Saksi

Jadi Jacobus menyaksikan pembantaian ini. Dia mengambil gambar dan tampaknya tak seorangpun berusaha mencegah dia memotret. Bahkan sesudahnya pun tak ada yang meminta roll film nya. Hingga kemudian hari dia menyimpannya dalam album foto pribadinya.

Foto foto ini diperkirakan dibuat pada awal 1948. Ada banyak sekali pertempuran di Jawa Barat sekalipun aksi polisionil kedua belum dimulai. Batalion 3-12 RVA menuliskan dalam laporannya : “tembakan dimana mana” , seperti yang telah mereka sebut tembakan ke desa desa, lapangan udara, tambang tembaga.

Dalam “laporan tembakan” juga dituliskan rinci hingga berapa jumlah granat yang mereka gunakan, data kematian juga dituliskan, namun 3-12-RVA tidak pernah menuliskan apapun tentang eksekusi.

Ada kekhawatiran lain juga yang membutuhkan perhatian mereka. Pada akhir Januari 1948 mereka menemukan 10 buah Radio Amerika. Jacobus memotretnya. Laporan menuliskan : “setelah dipelajari beberapa staff , radio dapat difungsikan dengan cukup baik, baik digunakan di pos permanen sebagai pengintai di garis depan dan juga mudah digunakan untuk berpindah pindah karena mudah untuk diangkut.

Namun mereka punya masalah yang lebih besar dengan kendaraan “bersyukur atas kemampuan dan bakat improvisasi dari para mekanik,kendaraan dapat berjalan dengan layak” begitu tulis Commander A.Lammers. Dia juga menuliskan bahwa moral prajuritnya terjaga dengan baik. Juga laporan pada pertengahan 1948, dia mengeluhkan mengenai perlengkapan dan komunikasi telepon namun kekuatan mereka masih utuh dengan 11 perwira, 16 sersan dan 186 prajurit. Hanya saja jumlah tentara yang sakit bertambah.

Satuan ini terpisah menjadi dua kelompok, kemungkinan Jacobus bergerak lebih ke timur yaitu ke Tegal. Melewati Pemalang,mereka menuju Belik dimana mereka tergabung dalam kelompok tempur “Bernardi”. Pada 19 Desember 1948 aksi polisionil kedua (operasi gagak) dimulai, mereka membantu pasukan infantri untuk mengecek desa desa dan memberikan support pada batalion zeni.

Ternyata pertempuran sama sekali belum terhenti bahkan saat aksi polisionil kedua ini berakhir pada Januari 1949. Kenyataannya di lapangan perang gerilya terus berlanjut hingga gencatan senjata pada Agustus 1949, hingga Desember 1949 Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.

Sejak saat itu pula Jacobus dan kawan kawannya ingin untuk kembali pulang. Jacobus juga memotret foto pasukannya yang sedang mengundurkan diri. Pada Maret 1950 resimen dari prajurit Jacobus dikembalikan pulang ke Belanda oleh Kapal Angkut Pasukan Amerika “Fair Sea”. Sesampainya di Belanda, 3-12 RVA dihapuskan.

Sesampainya dirumah dia menempatkan seluruh fotonya dalam sebuah album foto, jepretan dari rekan-rekannya sesama prajurit, jeep, peralatan radio, bangunan, foto wanita Indonesia yang mencuci di sungai, sebuah desa atau parade kecil dari anak anak sekolah. Dia juga menyelipkan sertifikat Diploma yang dia dapat, mata uang Indonesia, surat izin penggunaan senjata, kartu tahun baru dari 3-12-RVA dan sertifikat dari insignia yang dia dapatkan dari Menteri Perang ( Minister of War ). Dan juga tersimpan foto pacarnya, orang tuanya, anjingnya dibawah pengering di sebuah salon dan foto rekreasi ke Valkenburg dan Pisa. Ringkasan kehidupan pada umumnya setelah 3 tahun peperangan.

diterjemahkan dari koran Volkskrant oleh Ady Erlianto Setyawan / Marjolein van Pagee

artikel sebelumnya :

Album Foto di Tempat Sampah yang Menggegerkan Belanda

About Ady Setyawan

Ady Setyawan, penulis dan penghobi sejarah terutama era perang kemerdekaan. Buku yang pernah diterbitkan berjudul : Benteng Benteng Surabaya ( 2015) , Surabaya Di Mana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu? ( 2018 ) dan Kronik Pertempuran Surabaya ( 2020 )

Check Also

Insiden Kekerasan Imlek di Surabaya Tahun 1912

Tahukah anda bahwa perayaan Imlek tahun 1912 di Surabaya berubah menjadi sebuah panggung pertikaian sengit …